Thursday, August 30, 2012

Dunia, Akulah Sang Anak Daerah




Ah... Dengarlah Dunia...
Aku sang putra daerah tanah kelahiranku.
Miris sekali saat aku memperkenalkan daerah asalku dengan wajah bingung dari lawan bicaraku.
Menyedihkan sekali saat aku menerakan “Sumatera Barat” sebagai kata penjelas dari tanah kelahiranku.
Aku bukan koki Rumah Makan Padang, aku juga bukan guide di Jam Gadang Bukittinggi dan Ngarai Sianok, aku juga bukan pemanjat tebing Lembah Harau. Tapi akulah sang anak tanah kelahiranku, PAYAKUMBUH.
Aku tak berani menceritakan apa – apa tentangmu Ranah Minang, sungguh tak berani.. Terlahir dengan gelar “bipatride” sepertiku, mengakuimu yang penuh kultur leluhur  adalah –ketakutan-tersendiri bagiku.. Cukuplah,, aku takut menodai citramu karena aku telah melangkah jauh meninggalkan satu persatu sulaman leluhur, kecuali satu kata –Merantau-. Jika Minang masih mengakuiku sebagai bagian dari mereka aku akan berterima kasih dan menyudahinya dengan maaf gelar itu aku sandang dengan kelalaian.
Bagiku, alam pertama yang ditatap mataku adalah kampungku, kampungku bukan tanah asal Ayah, juga bukan tempat ninik mamak dari Ibuku. Tapi lebih tepatnya kampung halamanku adalah tanah kelahiranku.
Aku yang besar di Payakumbuh dan Payakumbuhlah yang membesarkanku. Jadi tidak secuilpun keinginanku meng-Kota-kan diriku jika memang aku harus dipanggil sang anak daerah. Biarlah...Asal jangan mengubah identitasku.
Wahai Dunia... Silahkan kau panggil aku anak derah...
Tapi jangan pernah menyemukan tanah kelahiranku, menyemukan kampung halamanku...
Dan sedikitpun tidak aku ingin men-chauvinisme-kan pemahamanku, hanya saja aku ingin tatapan paham akan tanah kelahiranku.
Dan terima kasih Dunia, telah mendengarkanku.

Saturday, August 18, 2012

Tempat Menuntut Ilmu Peradaban


Singkat saja, bagiku keluarga kecil ini adalah tempat menutut ilmu peradaban. 
Seperti mata rantai yang selalu berusaha melahirkan generasi rabbani menuju peradaban besar atas nama Illahi. 

Mungkin akan banyak kita temukan mereka yang melangkah bersama yang atas nama Allah, memiliki visi luar biasa dengan usaha perwujudan yang layak diacungi jempol tentunya. Namun menjadi jalan tersendiri untukku dan teman-teman lainnya berada dalam perkumpulan ini. 

Saat langkah semidewasa terasa gamang, sementara banyak waktu yang dihabiskan untuk belajar "berdewasaria" ditengah masyarakat, aku terjerumus dan seterusnya sengaja menjerumuskan diri keluarga hangat ini. Mungkin banyak alasan mengapa kami bisa duduk bersama hari ini. Seperti, tak sengaja, figuritas, pencarian jati diri, bakat tersendiri, dsb. Tapi proses telah menyatukan pandangan dan tujuan kami hingga genggaman tangan - tangan luar biasa selalu dirasakan. Alhamdulillahirabbil'alamiin.


Hingga hari ini, aku tidak ada lagi di sana, tubuh ini pun tidak lagi bisa bersalam hangat, tidak ada lagi langkah-langkah ukhuah bersama keluarga itu. Tapi azzamku, suatu saat bendera kebesaran akan kembali kukibarkan, entah itu di Sumatera Barat atau di Luar Negeri sekalipun, InsyaAllah. Allahumma Aamiin.


Tiada alasan untuk melupakan,
setelah sekian banyak yang telah ia berikan.
Akulah sang pemutus mata rantai itu,
Generasi yang disiapkan, 
kemudian seenaknya meninggalkannya.
Maafkan aku,
Yang terlihat angkuh berjalan,
Selayaknya lupa akan kata terima kasih,


http://assalamsb.wordpress.com/

Thursday, August 9, 2012

KAPUR TULIS DAN PAPAN TULIS HITAM, Padang Hayalan


Ah, aku mulai terserang rindu tentang kapur tulis dan papan tulis hitam. Rasanya nyata sekali sejoli ini mencerdaskan pencerdas dan yang dicerdaskan dahulu. 
Kini, kita terlalu dimewahkan, bukan? Sampai lupa bahwa bubuk serpihannya yg dianggap debupun mampu melahirkan pencerdas sejati. 
Aih,, sombong sekali kita, sekonyong2 membuangnya begitu saja. Lupakah kita ia pernah menjadi penambal setiap lobang terawang antar membran pencerdas? 
Aku ingat ejaan tulisan tegak bersambung mampu kuukir dikertasku, perpaduan angka pun mampu kuciptakan, aku pun lantang membaca, bahkan hari ini siapa yang tak terkena imbas keharusan itu. 
Berani kukatakan, itu tak lebih sederhana dari mereka yg dicerdaskan di pasir, digubuk tanpa kertas dan papan tulis hitam, tapi aku dulu merasa luar biasa dan diluarbiasakan oleh kapur tulis dan papan tulis hitam yang hari ini langka kutemukan.