Saturday, December 31, 2011

JAS LAB BERJALAN (Semarak di hari Jum'at)


JAS LAB BERJALAN
Payakumbuh, (jum’at) 30 Desember 2011

Facebook, Jam ……..(akan diisi belakangan)WIB, seorang Panji Firdaus (profile name) mengudate status seperti ini :
                “Kto ibuk guru, d Indonesia, btang ubi bisa tmbuah walau dcmpakan aj k ateh atok, tp urng Indonesia mimpor kripik dr ngra ttgga…”
Kira – kira kalo di perjelas penulisannya gini :
                “Kato ibuk guru, di Indonesia, batang ubi bisa tumbuah walau dicampak-an ka ateh atok, tapi urang Indonesia maimpor keripik dari negara tetangga…”
Dalam bahasa Indonesianya kira – kira gini :
                “Kata ibuk guru, di Indonesia, batang ubi bisa tumbuh walau dicampakkan ke atas atap, tetapi orang Indonesia mengimor keripik dari Negara tetangga…”

Like (yang menyukai untuk sementara waktu) : 
Ramma Yanthi, Akbar Preman Ramadhan, Bari Marginal, Yaumil Chairani Azmi, Vini Novlia

Comments (yang mengomentari untuk sementara waktu):

Dwi Wahyu Kurnia         
Masa?
Yuli Astuti                          
 eh mau tau ???
Lihatlah fenomena jas lab berjalan tadi…
apa yang kamu pikirkan ????
Dwi Wahyu Kurnia         
Nothing
Panji Firdaus                     
ap maksudx li? (apo maksudnyo li?/apa maksudnya li?
Yuli Astuti                          
kita merasa jas lab adalah benda luwaaaar biyasa (luar biasa) untuk diperlihatkan ke halayak ramai... Padahal itu adalah hak kita untuk memakainya di lab.. Tp kita tidak dapatkan itu,, akhirnya pelampiasannya adalah unjuk jas lab ke pasar...
Manusia teori...
Panji Firdaus
stujuuuuuuuuuu,
bnda yg takut dkotori, pdahal fungsi jas lab adalah kotor untuk mlindungi pkaian d dalamx.... (setuju, benda yang takut dikotori, padahal fungsi jas lab adalah kotor untuk melindungi pakaian di dalamnya…)
Yuli Astuti 
mantap... Jd apa solusinya??? (Mantap… Jadi apa solusinya)
Panji Firdaus
mari kotori jas lab....
Yuli Astuti
hehe,, ayo pakai jas lab dengan bereksperimen (mungkin pribadi di kamar sendiri) sesuai dengan haknya...
Panji Firdaus
alhamdulillah, saya pnya lab sderhana sndiri... (alhamdulillah, saya punya lab sederhana sendiri…)

KAMI MAU REALISASI !!!

Saturday, December 3, 2011

SEPEREMPAT JAM BERSAMA MURRATTAL AR-RIJAAL

Bismillahirrahmanirrahiim. 

Hari Sabtu bagi kelas Uli (XII.a3) memang hanya dilewatkan untuk tiga jam pelajaran biologi saja. Dan kebetulan juga hari ini tidak ada guru biologi yang mengajar di kelas. Tugas pun tidak ditinggalkan untuk mata pelajaran ini, tapi sepertinya warga kelas justru lebih sibuk dengan berbagai buku di meja masing – masing mengingat seminggu kedepan adalah minggu – minggu tugas dan UHnya siswa/i SMANSA. Memang tidak semuanya memilih jalan ini, karena sebagian memilih nonton video pertandingan bola yang diadakan dua minggu lalu di indoor ibuh, dan sebagian lagi memilih untuk maota. Lalu bagaimana dengan uli ? 

Awalnya hanya melodi music box, kemudian disusul pemberitahuan tiga bahasa utuk tanda keluar main telah tiba. Meja uli masih bertebaran kertas binder pertanda tugas matematikalah yang uli selesaikan sebagai tugas pertama hari ini. Ya,, tidak ada pilihan selain menyelesaikannya. Percepat saja, Selesailah matematika. Jam ekskul pun dimulai dengan tanda serupa dengan jam keluar main hanya saja disesuaikan perintah bell untuk masuk kelas masing – masing, antarkan buku pesanan Afdhal ke XII.a1, dhuha, disusul bayar uang sekolah, makan soto bareng si mbok dwi dan limpiang, dan terakhir kembali ke kelas. 

“Hayati dan Zainuddin” untuk Bab 7 dari novel tenggelamnya kapal ven der wijck memang belum selesai Uli baca Jum’at kemaren. Uli putuskan melapor ke perpustakaan (temui Buk Mai) dan lancarkan aksi baca dan membaca. Subhanallah,, banyak sekali manusia baru yang uli temui disini. Bahkan mereka yang tak biasa terlihat bisa duduk nonton di perpus. Meja tamu sebagai ajang diskusikan FTV. Meja diskusi pun sudah bertebar koran, anehnya hanya ibuk Upik yang membaca disana. Sederetan meja baca bersekat pun hanya ada beberapa yang kosong. Ruang referensi yang biasanya bisa uli duduki, hari ini diisi sekomplotan anak ar-rijaal. 

Baikalah, pilihan pertama jatuh pada meja diskusi yang terletak tepat ditengah ruangan, berisik dari belakang mulai mendominasi di telinga, Uli bisa pastikan suara seorang perempuan dan laki – laki. Percepat saja, pindah dari tempat itu adalah pilihan tepat ketika Buk Upik dan kedua insan ini justru berdiskusi pantun muda mudi d idepan Uli, sekedar diskusi tidak masalah, tapi pindah tetap pilihan. 

Ada pada meja yang dikhususkan untuk membaca memang jauh lebih tenang. Meja bercat senada dengan warna kayu,dan diberi sekat di tengahnya memang dikhususkan untuk para pembaca. Posisinya membujur di kedua sisi tepi ruangan. Astagfirullah… manusia – manusianya tetap sama dengan yang tadi, tapi mereka kali ini telah berpindah posisi di balik tempat duduk Uli dan jauh lebih mendominasi ruangan. Benar – benar mengganggu, belum lagi ketawanya, percakapannya pun dinilai mengganggu. Bukan persoalan suara akibat percakapan kali ini, tapi jenis pembicaraan pilihan mereka dan gaduh kursi yang bisa sampai terjatuh oleh mereka. Agaknya memang diberi ketegasan dilarang ini dan itu di ruangan ini. 

Stop !!! ini tidak sudah sehat…. 

Bab 10, pertanda seperempat jam kira – kira di ruang perpustakaan SMANSA. Ada skitar 20 halaman lebih bisa ditabung dalam seperempat jam. Alhamdu-lillah.. Tinggalkan perpus menuju kelas. 

Manusia majemen pun mengatur skala prioritas, babak ke dua untuk tugas jatuh pada tugas KWN yang akan di UH-kan hari Senin depan. Jangankan hitungan jam, menitpun belum bisa uli pastikan. Mungkin seperbelasan jam di kelas, uli terganggu dengan teriakan – teriakan. Ini tidak masalah, memang sabtu di kelas tidak ada larangan berteriak, karena ini jam ekskul bukan jam pelajaran. Kemana oh kemana lagi akan di tompangkan badan inii?? 

Berkemas dan tinggalkan kelas. 
Tidak sampai hitungan sepuluh meter, di kanan kelas XII.a3 adalah mushalla BABUS SALAAM. Mushalla bewarna kuning air berlantai dua ini sedikit ramai oleh siswa, terutama ruangan bagian bawah. Lima orang mungkin tengah duduk di permadani merah pelurus saf melihat satu laptop abu – abu muda. Anggaplah mereka menonton. Mushalla sekalian kelas ini juga sedang dipakai latihan nari adat minang oleh siswanya, ada juga tumpukan kemasan detergent yang sedang mereka kerubungi, agaknya ini kerterampilan kreatif mereka. 

Baiklah, lantai dua bagaimana? 
Assalamu’alaikum. Langkah pertama sedikit tertagun, pintu coklat tua itu pun Uli yang buka. Ini dia yang Uli cari. Tenang sekali di dalam sini. Keluarlah satu, dua, tiga buku dari tas hitam. Disusul dua pena, satu merah dan yang satu hitam. Tidak ada meja pun tidak masalah, posisi tidur telungkup bisa juga untuk menulis, fikir uli mendesak. 

“@#$%^&*%^&(*^” 
“)(*$%^*(*(%^&*” 
Sempat terhenti tangan uli menulis sewaktu mendengar percakapan sayu sayu dari balik hijab hijau tepat membentuk diagonal bidang dari posisi Uli kali ini. 
Tempatnya sudah tepat, Apakah waktunya yang salah ? 
Posisi telungkup memudahkan uli melihat dari bawah hijab. Merekalah anak ar-rijaal. Apakah mereka sedang forum atau sekedar rehat. Ternyata rehat dengan gaya tidur – tiduran. Hanya tiga atau empat orang saja mereka. 
Mulai juga uli gelisah, rame salah, sepi juga salah. 
Kali ini kesalahan ada di sini, kenapa tidak sempat memperhatiakan kedepan waktu masuk mushalla? Kenapa lansung duduk saja? Tapi sudahlah, toh masih ada hijab disini, mudah- mudahan bisa dikondisikan. 

“Bismillahirrahmanirrahiim” 
Terdengar seperti irama murrttal anak namun kali ini suaranya bertimbre besar. 
“Bismillahirrahmanirrahiim” 
Kali ini dengan irama berbeda. 
Hush, bergema suara itu terdengar, dilanjutkan dengan penggalan – penggalan ayat tersusun rapi olehnya. Antara mengintip dan tidak, uli kesusahan menebak siapa yang sedang lantunkan murrattal itu. Siapakan yang telah dititipkan Allah suara itu? 

Tidak banyak ayat yang bisa uli tebak, dari setiap ayat – ayat yang terdengar. Ayat – ayat dari surah Madaniyah mungkin. Subhanallah.. termangu bagi yang mendengarkan, 
“close my ayes. To feel how small I am”, begitu indah lantunan ayat per ayat bisa mereka murrattalkan, kolaborasi mereka bisa membuat kaku tulang iga ini rasanya. 

Awalnya semua ini seperti menciut, tidak ada satu huruf lagi yang uli tulis, tenang sampai seperempat jam mereka bermurrattal, dan mereka tutup bersama. 

Secara tak sengaja mereka telah alirkan ketenangan bathin menuju jiwa – jiwa yang tenang. Syukran!!! 

ALLAHU AKBAR !!! 

Tuesday, August 23, 2011

TSIQAH SEBATANG PADI YANG TUMBUH DI TEPI PEMATANG


Adalah sebuah keputusan Sang Khaliq menjadikan sebatang padi untuk tumbuh di tepi pematang sawah, serta hidup terpisah dengan ribuan batang padi lainnya. Hidup sendiri dengan tubuh yang lebih tinggi mengakibatkan kuatnya tiupan angin sering menggoyahkan akarnya. Kadang ia ingin mencoba mengubah arah gradien angin agar ia tak tumbang olehnya. Namun setiap kali mencoba ia selalu gagal.
Hari ini, Sang padi mulai berfikir bahwa pada hakikatnya ia hanyalah sebatang padi yang di amanahkan untuk tumbuh di tempat yang lebih tinggi, dan selamanya tidak akan pernah mampu mengubah kuatnya arah gradien angin.
"Dan mengapa tidak aku kokohkan saja akar, batang, serta daunku? Karena sebatang padipun tetap tumbuh dengan rahmat-Nya. Aku bersyukur atas nafasku, karena apa yang tak dapat aku lihat telah mampu aku rasakan" hardiknya dalam hati.
Jadilah sebatang padi yang tumbuh di tepi pematang itu menjadi diri yang kokoh dan kuat, serta mampu untuk tsiqah bagi dirinya. Dan sekarang ia tak takut lagi dengan kuatnya tiupan angin ataupun kesendiriannya. Karena kekuatan yang dimilikinya adalah kekuatan luar yang biasa yang dibangun dari dalam diri yang kokoh.
"AKU BERSYUKUR ATAS NAFASKU, KARENA APA YANG TAK DAPAT AKU LIHAT TELAH MAMPU AKU RASAKAN"